Jumat, 19 Juli 2013 - 0 komentar

Hanya Ini Yang Mampu Ku Tulis . . .

Kata orang, jika kamu tidak bisa mengatakan
perasaanmu, tuliskan dulu. 

Ini, ini aku sedang
menuliskannya. Menuliskan perasaanku.

Tapi tentu saja aku tidak begitu pandai
menulis, jadi aku akan menuliskannya
semampuku. ya aku akan menuliskan semuanya semampuku

Kita itu sebenarnya lucu. Saling menemani,
tapi tidak pernah ada ucapan saling
mencintai. Meski kamu dan aku sama-sama
tahu, bahwa setidaknya, aku mencintai.
Mencintaimu. Dan kamu tahu benar tentang
mencintainya aku itu. Karena tidak ada yang
bisa ditutupi, apalagi dengan sebegitu
seringnya aku memujimu, dan sebegitu
memperhatikannya aku detail tentangmu.

Kita itu lucu. Selalu saling mengerti. Jika aku
bercerita, kamu akan diam mendengar. Jika
kamu yang bercerita, gantian aku yang
berdebar. Lalu kemudian aku membagi porsi
hatiku; ini untuk rinduku pada ceritamu..

Kita itu lucu. Seringkali saling
memperhatikan, tapi sama-sama berusaha
agar tidak ketahuan. Aku tidak tahu
alasanmu, tapi kalau aku, lebih kepada agar
rinduku tidak terlalu kelihatan. Bagaimanapun
juga, aku tau ada seseorang di sana yang
menemanimu. Yang selalu membuyarkan awan
fantasi kecil yang muncul di kepalaku ketika
mengenangmu. Meratakan apa pun bayangin
indah tentang kata ‘kita’, menjadi hanya ‘aku’ atau ‘kamu’.

Kamu pernah merasa cemburu? Kalau belum,
percaya padaku, rasanya tidak enak sama
sekali. Apalagi cemburu kepada seseorang
yang bahkan tidak kamu miliki. Seperti aku,
yang mencemburuimu misalnya.

Dan kamu pernah merasa sangat rindu? Aku
rindu. Tapi aku tidak tahu apakah kamu
merasakan persis sama sepertiku. Persis, ya,
persis. Bukan hanya sekadar teringat
denganku. Itu bukan rindu. Itu hanya
mengingatku. benarkah ?.

Dan kamu tahu seberapa melelahkannya itu?
Apalagi ketika aku tahu kamu sedang sakit,
tapi tidak bisa menanyakan kabarmu hanya
karena takut di sana (mungkin) ada dia yang
menjagamu? Itu melelahkan sekali. Percaya
padaku.

Apa lagi yang harus kutuliskan? Sebentar.
Aku tidak terbiasa menulis, jadi aku tulis apa
yang ada di pikiranku saja. Untuk itu, aku harus
berpikir dulu.

hemp oya, kamu apa kabar? Kalau boleh
jujur, aku ingin sekali melihatmu tertawa
atau mendengar suaramu bernyanyi. Apalagi
pada saat matahari beranjak senja, sampai dia
jatuh dan melarikan diri ke belahan lain bumi.

Apalagi ketika hujan datang, yang tidak
hanya membawa miliaran tetes air tapi juga
ribuan kamu yang berjatuhan di kepalaku.
Apalagi ketika aku mendengar lagu favoritmu
dan tiba-tiba saja secara otomatis, aku
memutar rekaman apa pun tentangmu di
ingatanku.

Aduh, ketika mencoba memperindah kalimatku
malah kelihatan memusingkan ya? hehe Maaf. Aku
menulis lagi apa adanya saja agar kamu lebih mengerti.

Tentang ingin sekali melihatmu tertawa atau
mendengar suaramu bernyanyi itu, benar
adanya. Aku tidak menambahkan dan tidak
mengurangi. Kalau ada waktu nanti –tentu
saja waktu yang dipunyai aku dan kamu, dan
tentu saja kalau Tuhan menghendaki, boleh
aku meminta kesempatan itu? Sekali saja.
Untuk kukenang. Untuk kuceritakan bahwa
aku pun pernah menemani wanita imajinasi.

Dan ketika itu, aku ingin mengatakan sesuatu
persis di depan matamu. Kalaupun tidak bisa,
setidaknya menggunakan suaraku saja. Kalau
tidak bisa juga, setidaknya melalui tulisan.
Bukan yang ini, tapi benar-benar yang
kutulis untukmu dan yang bisa membacanya
juga hanya kamu.

Kalimat yang akan kusampaikan itu
sederhana, bahwa aku selalu rindu denganmu. Itu saja dulu. Maaf kalau tulisanku berantakan dan tidak bagus.

Oya, terakhir. Tidak ada yang tahu bahwa
sebenarnya kita masih saling memiliki,setidaknya menurutku begitu. Kamu memiliki
waktuku, aku memiliki kenangan tentangmu.
Kamu memiliki rinduku, aku memiliki setiap
detail yang kuketahui tentang kamu.
Sederhananya seperti itu.

 aku sangat yakin Nanti ada masa dimana kita saling mengingat apa saja yang dulu dilakukan berdua. Lalu diam dalam jeda, karena tiba-tiba kita merindukannya.

kamu wanita imajinasi

0 komentar:

Posting Komentar