Kamis, 20 Juni 2013 - 0 komentar

Coretan Tentang Mengenang . . .

malam bray, apa kabar elo semua masih galau  ga jelas gara-gara mantan atau di PHPin seseorang atau yang lebih parahnya baru patah hati. sabar ya dunia ini sih ga selebar daun kelor katanya saykoji, bener ga ?

malam ini gue bakal ngebahas tentang mengenang dari kata dasar kenang yang artinya mengingat kembali ceileeee mulai pinter gue nih ahahhaha :D

pernah ga elo ngerasaiin gini ? ada lagu lagu yang begitu terputar, ingatan langsung terlempar ke sebuah kenangan. Ada tempat tempat yang begitu elo datangin, pikiran langsung melayang ke suatu kenangan. Ada harum-haruman yang begitu terhembus, alam bawah sadar langsung memanggil kenangan. Pada dasarnya kenangan itu mengikuti, begitu kita memutuskan berjalan ke depan.
 Ada air mata yang mungkin tumpah, menyesali kenangan yang tidak bisa berulang. Ada senyum lega yang mungkin berburai, mensyukuri kenangan yang akhirnya tercipta. Ada pahit, agar tau rasanya manis. Ada manis, agar tidak lupa bahwa yang ada bukan hanya pahit. Kita punya kenangan, untuk bisa mengambil pelajaran pahit manis tersebut. Untuk bisa menemukan pijakan yang cukup mantap dalam melanjutkan perjalanan. Kemana? Kita juga tidak tahu.

Satu semester lalu, bahkan mungkin setahun lalu, ada airmata yang masih tumpah. Ada patah-patah yang meremah, ada pedih-pedih yang merajam, rasanya seperti bersiap mati berdiri, hanya dengan mengenang. Bukankah memang rasanya lebih baik mati, daripada kehilangan kenangan yang dianggap potongan surga saking indahnya?

Malam ini ? Cuma ada senyum lega. Senyum syukur. Senyum bangga. Senyum ikhlas. Ada hal-hal yang dibiarkan Tuhan hilang, agar kita menemukan yang baru. Mungkin hal yang lama itu sudah tidak bisa lagi memberi pelajaran, tidak bisa lagi membahagiakan, bukan lagi yang terbaik. Mungkin ada hal baru yang sejak kita belum lahir pun sudah dituliskanNya. Kita akan berpindah. Kita harus bertemu fase demi fase, sebelum sampai pada tujuan akhir. Dan kita harus punya kenangan, mau pahit mau tidak, yang terpenting kita punya sesuatu untuk dikenang. Untuk dipelajari.

Pada akhirnya semua hanya masalah waktu. Bukan masalah sudah berpengganti atau belum. Pada akhirnya kita butuh jeda, entah panjang entah pendek, untuk menerima bahwa tidak ada kenangan yang bisa berulang. Untuk meyakini bahwa cara Tuhan mengambil kenangan dan tidak mengizinkannya berulang itu berarti bukti bahwa Tuhan sayang. Bahwa kita tidak boleh memakan labi roti yang sudah berjamur. Bahwa untuk tahu akhir kisah berseri, kita harus membeli seri baru setelah selesai membaca satu seri, karena mengulang-ulang seri yang sama tidak akan membawa pada akhir apa-apa.

Pada akhirnya, luka butuh waktu untuk pulih, dengan atau tanpa obat. Akan sampai juga waktunya, dimana mengenang itu melegakan. Semacam pengingat syukur, berterimakasih pada setiap kesempatan Tuhan yang sudah membiarkan kita menemukan. Yang sudah membuat kita kehilangan. Akan sampai juga waktunya kita menikmati setiap saat setelah mengenang, tidak lagi berharap terulang, dan justru berterimakasih karena sudah hilang sekalian dan tidak kembali lagi. Waktunya akan sampai.

Karena toh semua kenangan itu pada dasarnya indah. Yang membuatnya berubah rasa hanya masalah tidak bisa berulangnya. Terlalu banyak orang lupa bahwa keindahan itu tidak abadi. Kalau indah terus, kapan kita belajar? Dan yang membuat penerimaan atas fakta bahwa kenangan tidak bisa berulang itu hanyalah. keikhlasan.

Kita semua mengenang. Setiap hari. Kita semua memelihara kenangan. Sepanjang hidup. Meski kita samasama tahu, tidak ada kenangan yang berulang. Maka apa menyesalinya akan membuat kenangan itu berulang? Menangisinya, mengutuknya, berpatah karenanya, itu akan mengembalikan keadaan? Tidak. Akan. Pernah.

jangan sampai hanya karena kenangan yang memenjara, membiarkan kenangan hidup abadi untuk dijadikan penyesalan semata. Hidup itu berjalan, bila diam berarti tak pernah belajar.

Mengenanglah, dan berterimakasihlah atas kesempatan menciptakan kenangan baru untuk masa depan di masa sekarang ini. Syukuri mereka yang menjadi bagian didalamnya, karena kita tidak akan pernah tahu kapan Tuhan akan hilangkan dan menjadikan mereka hanya kenangan juga. Kita ini bagian dari kenangan yang terus menciptakan kenangan. Kita cuma berpindah dari satu kenangan ke kenangan lain. Maka seharusnya ketika mengenang, kita hanya seperti memutar rekaman perjalanan. Cuma rindu yang boleh ada, bukan sesal, apalagi pilu. Mengenanglah sebagaimana dirimu mengindahkan waktu saat bersamanya, lalu hilang tanpanya.

mungkin segitu aja dulu bray yang bisa gue sampeiin buat elo elo pada, semoga bermanfaat ya
see you . . .


@anaksholeh_

0 komentar:

Posting Komentar